Jumat, 25 November 2011

aliran nativisme


ALIRAN NATIVISME
AGUNG SWANDIKA

Abstrak; Aliran teori nativisme ini dipelopori oleh seorang bangsa Jerman bernama Arthur Schopenhouse yang hidup pada abad 19, dilahirkan tahun 1788. Aliran nativisme bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga factor lingkungan, termasuk factor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Hasil pendidikan tergantung pada pembawaan, Schonpenhauer (filsuf Jerman 1788-1860)  berpendapat bahwa bayi lahir itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan penbawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya kalau anak mempunyai pembawaan baik maka dia akan menjadi orang baik.
  Tujuan penulisan artikel ini yakni mengetahui apa itu nativisme dan aliran yang terkandung dalam nativisme tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian artikel ini adalah library research (penelitian kepustakaan) dimana penelitian yang dilakukan dengan menggunakan literature / kepustakaan. Literature yang dimaksud adalah internet, buku, makalah dan skripsi. Data-data dan teori atau teman-teman yang diperoleh melalui internet, buku, makalah dan skripsi kemudian telah dan dipelajari. Hasil membuktikan bahwa aliran nativisme pada hakikatnya adalah pembawaan buruk dan baik tidak dapat diubah dari kekuatan luar.  

Kata kunci : Aliran Nativisme
A. PENDAHULUAN
Menurut ( Chomsky, 2006 )  Aliran teori nativisme ini dipelopori oleh seorang bangsa Jerman bernama Arthur Schopenhauer yang hidup pada abad 19, dilahirkan tahun 1788 dan meninggal dunia tahun 1860. teori ini merupakan kebalikan dari teori tabularasa, yang mengajarkan bahwa anak lahir sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri. Pembawaan yang hanya ditentukan oleh pembawaannya sendiri-sendiri. Pembawaanlah yang maha kuasa, yang menentukan perkembangan anak. Lingkungan sama sekali tidak bisa mempengaruhi, apalagi membentuk kepribadian anak. Jika pembawaan jahat akan menjadi jahat, jika pembawaannya baik akan menjadi baik. Walaupun bagaimana baiknya, kerasnya dan tertibnya usaha pendidikan atau lingkungan.
Hasil pendidikannya akan tetap sebagaimana pembawaannya. Mungkin bisa terjadi selama dalam bantuan pendidikan dan pengawasan bisa baik, tetapi begitu sudah berdiri sendiri jika memang dasarnya jelek akan kembali sebagaimana dasarnya yang jelek itu. Jadi lingkungan sama sekali tidk bisa mempengaruhi terhadap perkembangan atau hasil pendidikan anak. Perkembangan ditentukan oleh faktor pembawaannya, yang berarti juga ditentukan oleh anak itu sendiri. Karena lingkungan atau pendidikan sama sekali tidk bisa mempengaruhi perkemebangan anak, dan potensi-potensi yang dimiliki bukannya hasil pendidikan melainkan memang potensi yang sudah ada di bawa sejak lahir, sehingga tidak ada kepercayaan nilai pendidikan dapat mempengaruhi, maka teori ini disebut juga dengan nativisme atau aliran pesimisme.
Tujuan penulisan artikel ini yakni mengetahui apa itu nativisme dan aliran yang terkandung dalam naitivisme tersebut, metode yang digunakan dalam penelitian artikel adalah library research.
B. Metode
            Metode yang digunakan dalam penelitian artikel ini adalah library research (penelitian kepustakaan) dimana penelitian yang dilakukan dengan menggunakan literature/kepustakaan. Literature yang dimaksud adalah internet, buku, makalah dan skripsi. Data-data dan teori atau teman-teman yang diperoleh melalui internet, buku, makalah dan skripsi kemudian telah dan dipelajari
C.Hasil dan  Pembahasan
II. 1 Hakekat Dan Pengertian
Pengertian Teori Nativisme
Pada hakekatnya (Tamalene, 2011) aliran nativisme bersumber dari leibnitzian tradition yang menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak, oleh karena itu faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Hasil perkembangan ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetik dari kedua orangtua.Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhauer. la adalah filosof Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880.
Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat jahat dari lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik, ia akan menjadi baik.
Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan. Misalnya, anak mirip orangtuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orangtua. Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orangtua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi ke-mampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan orangtuanya.
 Dalam (Kharis’s, 2009) teori ini dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir atau bakat. Teori ini muncul dari filsafat nativisma (terlahir) sebagai suatu bentuk dari filsafat idealisme dan menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh hereditas, pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati. Teori ini dipelopori oleh filosof Jerman Arthur Schopenhauer (1788-1860) yang beranggapan bahwa faktor pembawaan yang bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh alam sekitar atau pendidikan.
Dengan tegas Arthur Schaupenhaur menyatakan yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik. Pandangan ini sebagai lawan dari optimisme yaitu pendidikan pesimisme memberikan dasar bahwa suatu keberhasilan ditentukan oleh faktor pendidikan, ditentukan oleh anak itu sendiri. Lingkungan sekitar tidak ada, artinya sebab lingkungan itu tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak.
Walaupun dalam kenyataan sehari-hari sering ditemukan secara fisik anak mirip orang tuanya, secara bakat mewarisi bakat kedua orangtuanya, tetapi bakat pembawaan genetika itu bukan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan anak, tetapi masih ada faktor lain yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan anak menuju kedewasaan, mengetahui kompetensi dalam diri dan identitas diri sendiri ( jati diri ).

II. 2 Faktor Perkembangan Manusia Dalam Teori Nativisme
1. Faktor genetic
Adalah faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang penyanyi maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang presentasinya besar.
2. Faktor Kemampuan Anak
Adalah faktor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang mendorong setiap anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan bakat dan minatnya.
3. Faktor Pertumbuhan Anak
Adalah faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia kan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mengenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.

II. 3 Tujuan Teori Nativisme
Didalam teori ini menurut G. Leibnitz:Monad “Didalam diri individu manusia terdapat suatu inti pribadi”. Sedangakan dalam teori Teori Arthur Schopenhauer ( 1788-1860 ) dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir atau bakat. Sehingga dengan teori ini setiap manusia diharapkan:
1. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki
Dengan teori ini diharapkan manusia bisa mengoptimalkan bakat yang dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. Dengan adanya hal ini, memudahkan manusia mengembangkan sesuatu yang bisa berdampak besar terhadap kemajuan dirinya.
2. Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi
Jadi dengan teori ini diharapkan setiap manusia harus lebih kreatif dan inovatif dalam upaya pengembangan bakat dan minat agar menjadi manusia yang berkompeten sehingga bisa bersaing dengan orang lain dalam menghadapi tantangan zaman sekarang yang semakin lama semakin dibutuhkan manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang lain.
3. Mendorong manusia dalam menetukan pilihan
Adanya teori ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan pilihannya, dan apabila telah menentukan pilihannya manusia tersebut akan berkomitmen dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut dan meyakini bahwa sesuatu yang dipilihnya adalah yang terbaik untuk dirinya.
4. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang
Teori ini dikemukakan untuk menjadikan manusia berperan aktif dalam pengembangan potensi diri yang dimiliki, agar manusia itu memiliki ciri khas atau ciri khusus sebagai jati diri manusia.
5. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki
Dengan adanya teori ini, maka manusia akan mudah mengenali bakat yang dimiliki, denga artian semakin dini manusia mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan bakatnya sehingga bisa lebih optimal.
II. 4 Benar Tidaknya Teori Nativisme
Benarkah perkembangan itu dipengaruhi oleh pembawaan?
Untuk membuktikan kebenaran itu dapat diambil beberapa contoh. Misalnya kalau orang tuanya seorang penyanyi maka anaknya akan menjadi seorang penyanyi juga. Kalau orang tuanya seorang pelukis maka anaknya akan menjadi seorang pelukis juga. Contoh lainnya, seorang anak yang tidak berpembawaan usahawan biarpun dibesarkan dalam lingkungan keluarga usahawan, maka hasilnya akan minim sekali. Bahkan akan tertekan dan merasa jika dipaksakan.
Dua contoh diatas lebih merupakan contoh pembawaan karena faktor keturunan, karena ada kemungkinan menjadi seorang penyanyi atau pelukis tersebut diwariskan oleh orang tuanya melalui sel-sel kelamin. Tetapi bisa juga tidak karena keturunan jika pembawaannya semata-mata memang karena keunikannya dengan pribadi yang lain. Sedangkan contoh yang terakhir lebih dapat merupakan contoh pembawaan karena bakat, sebab bukan karena diwariskan karena sel-sel kelamin, dari sama sekali tidak ada kemiripan dengan keluarganya. Jika orang tuanya usahawan tentunya anaknya juga mempunyai pembawaan usahawan.

Benarkah perkembangan anak semata-mata ditentukan oleh faktor pembawaan ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat digambarkan contoh Ilustrasi sebagai berikut. Apakah keluarga seorang yang baik pasti akan mempunyai anak yang baik ? Apakah seorang dari keluarga yang kurang baik akan mendapatkan anak-anak yang kurang baik saja? atau dengan pertanyaan sebaliknya, apakah anak-anak yang jelek pasti dari keluarga yang jelek saja? Tentu saja jawabannya, tidak. Berarti ada faktor lain di luar diri anak tersebut, bukan semata-mata karena pembawaannya (yang bersifat keturunan). Contoh lain bahwa perkembangan bukan semata-mata ditentukan oleh pembawaan (yang bersifat bakat).
Apakah anak yang kembar akan menjadi pribadi yang sama?
Sama-sama menjadi baik atau sama-sama menjadi anak yang jelek?
Coba simak cerita tentang anak manusia yang hidup di bawah asuhan serigala. la bernama Robinson Crussoe. Crussoe sejak bayi hidup ditengah hutan rimba belantara yang ganas. la tetap hidup dan berkembang atas bantuan air susu serigala sebagai induknya. Serigala itu memberi Crussoe makanan sesuai selera serigala sampai dewasa. Akhirnya, Crussoe mempunyai gaya hidup, bicara, ungkapan bahasa, dan watak seperti serigala, padahal dia adalah anak manusia. Kenyataan ini pun membantah teori Nativisme, sebab gambaran dalam cerita Robinson Crussoe itu telah membuktikan bahwa lingkungan dan didikan membawa pengaruh besar terhadap perkembangan anak.
II. 5 Aplikasi Teori Nativisme Pada Masa Sekarang
Faktor pembawaan bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar dan pendidikan Arthur Schaupenhauer (1788-1860). Untuk mendukung teori tersebut di era sekarang banyak dibuka pelatihan dan kursus untuk pengembangan bakat sehingga bakat yang dibawa sejak lahir itu dilatih dan dikembangkan agar setiap individu manusia mampu mengolah potensi diri. Sehingga potensi yang ada dalam diri manusia tidak sia-sia karena tidak dikembangkan, dilatih dan dimunculkan.
Tetapi pelatihan yang diselenggarakan itu didominasi oleh orang-orang yang memang mengetahui bakat yang dimiliki, sehingga pada pengenalan bakat dan minat pada usia dini sedikit mendapat paksaan dari orang tua dan hal itu menyebabkan bakat dan kemampuan anak cenderung tertutup bahkan hilang karena sikap otoriter orangtua yang tidak mempertimbangkan bakat, kemampuan dan minat anak.
Lembaga pelatihan ini dibuat agar menjadi suatu wadah untuk menampung suatu bakat agar kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat tersalurkan dan berkembang dengan baik sehingga hasil yang dicapai dapat maksimal.
Tanpa disadari di lembaga pendidikan pun juga dibuka kegiatan-kegiatan yang bisa mengembangkan dan menyalurkan bakat anak diluar kegiatan akademik. Sehingga selain anak mendapat ilmu pengetahuan didalam kelas, tetapi juga bisa mengembangkan bakat yang dimilikinya.
D. Pendapat penulis
Tiap jiwa atau manusia itu sendiri memiliki tujuan sendiri-sendiri agar memiliki hidup yang bahagia. Namun bahagia itu relative, tergantung dari seseorang mau memperjuangkan hidupnya.
E. PENUTUP
a. Kesimpulan
Pelopor teori ini adalah Schopenhauer. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh nativus atau faktor-faktor bawaan manusia sejak dilahirkan. Teori ini menegaskan bahwa manusia memiliki sifat-sifat tertentu sejak dilahirkan yang mempengaruhi dan menentukan keadaan individu yang bersangkutan. Faktor lingkungan dan pendidikan diabaikan dan dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan manusia.
Teori ini memiliki pandangan seolah-olah sifat-sifat manusia tidak bisa diubah karena telah ditentukan oleh sifat-sifat turunannya. Bila dari keturunan baik maka akan baik dan bila dari keturunan jahat maka akan menjadi jahat. Jadi sifat manusia bersifat permanen tidak bisa diubah.
Teori ini memandang pendidikan sebagai suatu yang pesimistis serta mendeskreditkan golongan manusia yang “kebetulan” memiliki keturunan yang tidak baik.
b. Saran
Kami menyadari artikel ini mungkin masih jauh dengan kata sempurna. Akan tetapi bukan berarti artikel ini tidak berguna. Besar harapan yang terpendam dalam hati kami semoga artikel ini dapat memberikan sumbangsi pada suatu saat terhadap artikel tema yang sama. Dan dapat menjadi referensi bagi pembaca serta menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.



DAFTAR RUJUKAN

Chomsky. 31 Maret 2004 – 23 Maret 2006. Nativisme. http//.www.nativisme.com. html.(online) diakses 10-oktober-2011 jam 17.30 WIT.
Kharis’s. 24 Maret 2009. Teori Nativisme (online)
www.teorinativisme) diakses 10-oktober-2011 Jam 17..30 WIT
M, Y, Q. 25 Januri 2009. Aliran – Aliran Klasik Dalam Pendidikan (Online)
Alamat: (www.aliran-aliran-dalam-pendidikan) diakses 10-oktober-2011
Meilanikasim’s. 1 Desember 2008. Aliran, Teori, dan Pilar-pilar dalam Pendidikan (online) Alamat: (www. Aliran, Teori, dan Pilar-pilar dalam Pendidikan « Meilanikasim’s Blog.htm) diakses 10-oktober-2011
Tamalene, 2011. Bahan Ajar Pengantar Pendidikan. Fkip-Chemistry. Unkhair. Ternate (tidak dipublikasikan)